Oleh Edi Apriandi
Di Awal cerita kita akan bertemu Nurus Syifa yang tinggal di wey Merianti, dimana syifa ini adalah seorang anak yatim piatu yang putus sekolah sehingga harus menjadi penjual gorengan untuk keberlangsungan hidupnya. Syifa yang diasuh dan dibesarkan oleh Nenek Halimah, Nenek Zumroh dan Kakek Zirun.
Meskipun Syifa sangat ingin sekolah, namun saat itu ia rela mengorbankan masa remajanya untuk mencari sesuap nasi dan mengurus Kakeknya yang sedang sakit terbaring tak berdaya. Kesabaran Syifa yang sangat tinggi, dan tabah terhadap cobaan yang sedang dihadapinya membuat saya sebagai pembaca kagum. Sampai akhirnya Syifa bersekolah lagi di sebuah pesantren, dan menghafal Al-Quran.
Ainur Ridho Tohir yang sering kali di panggil udo adalah Kakak sepupunya Syifa, yatim piatu, Ridho diurus oleh Nenek dan Kakeknya. Akan tetapi Rido dititipkan di pesantren kyai Nawir. pada saat itu Kakeknya sedang mengalami koma. Ridho disuruh pulang oleh Kyai Nawir, setelah bertahun-tahun di pesantren menjadi khadim dan dikuliahkan oleh kyai Nawir. Akhirnya Ridho pulang dan menggantikan beban yang disandang Syifa sebelumnya. Sehingga Ridho menjadi tulang punggung keluarga.
Setelah pulang banyak sekali konflik yang dialami oleh keluarga Ridho, mulai dari ekonominya yang sangat minim, sehingga Ridho harus membuka usaha untuk berjualan gorengan, yang semakin hari semakin tidak ada kemajuan. Tetangganya yang sering menggosipkan dirinya?. Dan permasalahan mengungkit pembagian harta warisan anak konglomerat?
Kepulangan Ridho ke kampungnya ternyata tidak membawa banyak perubahan. Saking sibuknya Ridho mengurus keluarganya ternyata dia dititipi surat dari kyai Nawir untuk kyai Harun. Setelah mengantarkan surat itu ke kyai Harun ternyata isi surat itu untuk Ridho
“Pusaka peninggalan kakek buyutmu yaitu sebuah masjid yang berada di desamu, makmurkanlah rumah allah, maka allah akan memakmurkan hidupmu! Jangan khawatir tentang rezeki allah” (hal 214)
Setelah mendengar perkataan Kyai Harun Ridho langsung mengubah aktivitasnya 90°. Dimana biasanya pada sore hari Ridho berjualan gorengan, kini Ridho mulai mengajar anak-anak mengaji dari habis ashar dan setelah shalat magrib, sedikit demi sedikit ridho mendirikan sebuah pesantren, berjualan bubur ayam pada pagi hari, membuat ternak ikan dan menyelesaikan skripsinya sehingga menjadi sarjana. Tahun demi tahun berlalu dengan kesabaran, ketabahan, ketaatan yang Ridho dan Syifa alami, kini membawa banyak perubahan pada dirinya dan lingkungan sekelilingnya, santrinya yang kian hari semakin banyak dan usahanya yang semakin sukses.
Masih banyak lagi aktor yang terlibat dan seru pada cerita ini seperti, Diana, Arlina, Kyai sobron, dll.
Berikut beberapa kutipan kata kata yang saya sukai
”Anak panah kalau tidak dilepas dari busurnya, tidak akan pernah sampai pada sasarannya. Demikian juga manusia, jika tidak berani merantau untuk mencari ilmu maka dia tidak akan meraih kegemilangannya. Kamu harus belajar, jauh, merantau, agar banyak pengalaman. (halaman 66)
“Satu-satunya hal yang bisa membungkam mulut-mulut yang miring adalah sebuah keberhasilan, sebuah prestasi. Ia harus berhasil. (halaman 134)
“Jangan pernah putus asa dari rahmat Allah! Jangan pernah tinggi hati. Kalau kau nanti dijahati orang, jangan membalas. Biarlah Allah yang menangani. (halaman 215).
Reviewer : Edi Apriandi (Siswa Kelas 12 IPA/Dirjen Kominfo Garda Cendekia)
Judul Buku : Kembara Rindu
Penulis Buku : Habiburrahman El Shirazy