Gerakan Muda Cendekia dalam memperingati Hari Ulah Tahun yang ke 3 Menyelenggarakan Essay Competition dengan tema Youth Action : Climate Change Adaptation and Mitigation. Kegiatan ini didukung melalui program Bumi Kita Memanggil dari Save The Children Indonesia.
Selamat untuk Lira Nurliana yang terpilih sebagai juara 2 essay competition dengan judul “TUMBUHKAN AKSI NYATA PEMUDA MASYARAKAT BAYAH MELALUI SDGS PENANGANAN PERUBAHAN IKLIM” adapun isi essay sebagai berikut.
“TUMBUHKAN AKSI NYATA PEMUDA MASYARAKAT BAYAH MELALUI SDGS PENANGANAN PERUBAHAN IKLIM”
Oleh : Lira Nurliana
Masalah perubahan iklim masih menjadi sorotan utama dan menjadi suatu tumpuan bagi masyarakat agar dapat bertahan seperti di era globalisasi ini, terutama dalam menyesuaikan diri antara manusia dengan lingkungannya. Terjadinya perubahan iklim dapat dilakukan dengan cara adaptasi dan mitigasi. Menurut Butarbutar (2012), mitigasi merupakan segala bentuk usaha atau aktivitas yang bertujuan untuk mencegah, sedangkan adaptasi merupakan suatu bentuk penyesuaian diri untuk dapat bertahan hidup. Pada hakikatnya, mitigasi dan adaptasi adalah dua poin penting dalam hal meningkatkan ketahanan dalam menghadapi kondisi iklim yang berbeda.
Menurut Konvensi Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang perubahan Iklim (United Nation Framework Convention on Climate Change) dalam (Harmoni, 2005), perubahan iklim didefinisikan sebagai komposisi atmosfer yang berubah karena adanya aktivitas manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung yang akan menyebabkan keragaman iklim pada periode yang relatif panjang. Perubahan iklim merupakan suatu fenomena global yang disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia, contohnya dalam aktivitas penggunaan lahan serta berkaitan dengan penggunaan bahan bakar fosil (Harmoni, 2005). Dalam hal ini, perubahan iklim adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari. Cepat atau lambat perubahan iklim akan memicu masalah yang mencakup aspek kehidupan manusia, misalnya dari aspek kesehatan, ekosistem, sosial ekonomi, dan lain sebagainya. Perubahan iklim tidaklah terjadi secara lokal saja, namun dapat terjadi secara regional sehingga keseluruhan wilayah permukaan bumi akan terkena dampaknya. Menurut Prof. Dwikorita Karnawati – Kepala BMKG menyebutkan bahwa terdapat setidaknya empat tanda dalam perubahan iklim, seperti kenaikan temperatur secara global, ketinggian permukaan air laut, seringnya terjadi cuaca yang esktrim, serta terjadinya perubahan pola curah hujan. Dari tanda-tanda tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa bencana alam bisa saja terjadi dan tidak bisa untuk dihindari.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang rentan terkena dampak perubahan iklim. Fenomena alam ini menjadi ancaman bagi warga masyarakat untuk menghadapi masa yang akan datang. Perubahan iklim dirasakan oleh seluruh warga masyarakat di Indonesia, salah satunya adalah masyarakat Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Salah satu potensi bencana alam yang disebabkan oleh perubahan iklim ini adalah banjir dan tanah longsor yang terjadi akibat meluapnya sungai Cimadur. Selayaknya ritual tahunan, bencana ini kerap kali terjadi hingga beberapa wilayah sekitar sungai yang sering terkena ancaman banjir. Namun, permasalahan ini sering dianggap sebagai masalah sepele, yang pada kenyataannya hal ini merupakan masalah global yang memiliki dampak paling serius apabila dibiarkan begitu saja.
Banjir merupakan masalah yang kerap kali terjadi di beberapa wilayah Indonesia, terutama pada kondisi wilayah yang padat akan penduduk. Permasalahan banjir akan menyebabkan kerugian yang ditimbulkannya, baik dari segi materi maupun jiwa (Safitri & Putra, 2022). Kerugian-kerugian tersebut dapat berupa tercemarnya lingkungan rumah, adanya kerusakan pada jalan raya termasuk ambruknya jembatan, dan lain sebagainya. Hal ini pernah terjadi pula di Sungai Cimadur.
Sungai Cimadur yang berlokasi tepatnya di Desa Bayah Barat ini sering kali menjadi pusat perhatian utama. Menurut Maskar – Satpol PP Kecamatan Bayah menyebutkan bahwa meluapnya sungai Cimadur disebabkan oleh curah hujan dengan intensitas yang tinggi. Selain itu, adanya dugaan bahwa banjir dan tanah longsor tersebut disebabkan oleh alam yang tidak mau bersahabat dengan manusia. Hal ini terjadi karena kerusakan-kerusakan alam yang disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri, misalnya sudah banyak penebangan pohon di hutan sehingga hutan menjadi gundul, adanya pembangunan pabrik-pabrik industri yang akibatnya menyita lahan hijau, serta banyaknya pendangkalan air. Akibat lainnya adalah masyarakat yang tinggal di bantaran sungai akan terancam dan dikhawatirkan akan terjadi longsor karena derasnya air sungai.
Dalam hal ini, pemuda berperan penting sebagai agen perubahan dalam melakukan aksi nyata berupa adaptasi dan mitigasi untuk meminimalisir terjadinya perubahan iklim. Untuk menangani hal tersebut tidaklah mudah tanpa adanya kerjasama yang baik antar pemudanya. Karena pemuda berperan sebagai generasi emas yang siap berkontribusi untuk kemajuan masyarakatnya. Sebagai generasi muda yang peduli akan sekitarnya, maka perlu diadakan agenda-agenda positif yang mendukung pengendalian perubahan iklim. Seperti halnya disekitar sungai Cimadur terdapat sampah-sampah rumah tangga yang dibiarkan begitu saja, sehingga aliran sungai menjadi terhambat. Jika sudah terjadi banjir semuanya akan rusak, termasuk jalan raya disekitar jembatan akan amblas karena permukaan tanahnya yang tidak rata akibat dari meluapnya air sungai tersebut.
Bencana banjir akibat perubahan iklim ini dapat diminimalisir dengan cara mengurangi sampah anorganik rumah tangga. Maka dari itu, pemuda masyarakat Bayah perlu mengadakan penyuluhan tentang bahaya membuang sampah sembarangan, terutama di sekitar sungai. Penyuluhan ini dilakukan agar masyarakat sadar akan kebersihan lingkungannya. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh para pemuda masyarakat Bayah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat sekitar sebagai upaya memitigasi perubahan iklim, diantaranya sebagai berikut.
- Masyarakat perlu start dari hal yang kecil dan sederhana, yaitu membiasakan diri untuk bijak dalam mengolah sampah. Misalnya, terdapat sampah anorganik yang bisa di daur ulang agar menjadi benda yang memiliki nilai guna dan nilai manfaat. Kita sebagai generasi Z dituntut untuk kreatif dan menciptakan sesuatu yang baru dari daur ulang tersebut. Dengan demikian, sampah anorganik yang sukar terurai ini akan berkurang seiring dengan masyarakat yang bijak mengolahnya.
- Perlu diadakannya gotong royong untuk membersihkan sampah di pinggir sungai. Karena dengan lingkungan yang bersih, perlahan alam pun akan bersahabat dengan manusia. Sebaliknya, manusia akan berhasil melakukan adaptasi dengan lingkungannya apabila tersebar energi bersih di dalamnya. Mitigasi yang dilakukan cukup sederhana, terlebih lagi jika semua masyarakatnya kompak untuk mendukung terciptanya Lebak yang bersih.
- Memberikan edukasi kepada masyarakat untuk mengurangi penggunaan kantong plastik. Bukan hanya mengurangi tetapi harus dihindari karena sesuatu yang berbahan dasar plastik memerlukan waktu yang relatif lama untuk diurai, tentu saja hal ini karena material pada plastik terbuat dari minyak. Contohnya saja, beberapa pusat perbelanjaan seperti minimarket, sekarang sudah tidak lagi menggunakan plastik tetapi menggantinya dengan kantong kertas. Walaupun terkesan sekali pakai, tetapi kertas ini akan lebih mudah diurai oleh tanah.
Sedangkan dari sisi keamanan dan keselamatan, saatnya pemuda turun tangan untuk mengaktifkan patroli keamanan misalnya ronda di malam hari yang bertujuan untuk mengawasi daerah aliran sungai. Mengingat Kabupaten Lebak yang memiliki kondisi cuaca yang ekstrim, saatnya semua warga masyarakat mewaspadai terjadinya banjir dan longsor susulan di daerah sekitar sungai. Tak hanya itu, kegiatan ronda ini harus diaktifkan secara efektif apabila terjadi hujan di malam hari agar tidak menimbulkan korban jiwa. Kita sebagai kaum muda turut untuk turun tangan dalam hal mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Contohnya saja, ketika air meluap di malam hari maka harus diingatkan untuk segera mengungsi ke tempat yang dirasa lebih aman.
Selain dari permasalahan diatas, Sulistiawati (2021) mengatakan bahwa terjadinya perubahan iklim akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal tersebut disebabkan oleh faktor lingkungan seperti kualitas air, udara, makanan, penipisan lapisan ozon, penurunan sumber daya air, serta kehilangan fungsi ekosistem. Dari sekian banyak faktor lingkungan yang menyebabkan kesehatan manusia terganggu, ada salah satu yang paling menonjol, contohnya adalah udara. Udara merupakan unsur utama dan unsur terpenting karena berperan sebagai sumber energi bagi keberlangsungan makhluk hidup di muka bumi ini. Namun, apabila udara sudah tercemar semua akan berakibat fatal. Sesuatu yang dianggap sepele namun memiliki dampak yang cukup serius adalah penggunaan alat transportasi. Sumber terbesar polusi udara adalah asap yang berasal dari kendaraan bermotor. Zat tersebut dinamakan dengan Carbon Monoksida (CO) yang dapat menyebabkan kekurangan oksigen dalam tubuh. CO yang dihasilkan sebanyak 70% – 80% dari total polutan udara yang apabila berubah menjadi Carbon Dioksida (CO2) akan berakibat pada pemanasan global, sehingga akan menyebabkan banjir dan kekeringan (Kwanda, 2003).
Permasalahan tersebut dapat dilihat dari bagaimana kita menyikapinya. Dapat dilihat pula kondisi jalan raya di sekitar Bayah yang banyak kendaraan penghasil asap yang kemudian membumbung di udara membentuk polutan. Agar kesehatan lingkungan dan manusianya terjaga, maka seharusnya generasi muda yang berperan sebagai agent of change menyatukan aksi peduli lingkungan untuk memitigasi berbagai perubahan iklim yang akan terjadi. Upaya-upaya tersebut misalnya adalah sebagai berikut.
- Memberikan edukasi yang mengacu pada minimalisir penggunaan kendaraan pribadi. Misalnya, berjalan kaki atau menggunakan sepeda ke tempat yang dapat dijangkau dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Hal ini dapat memberikan ruang untuk memulihkan udara di lingkungan sekitar. Selain dapat mengurangi polusi yang disebabkan oleh kendaraan, kita juga dapat memiliki pola hidup sehat karena dengan berjalan kaki dan menggunakan sepeda merupakan bagian dari olahraga.
- Apabila bepergian ke suatu tempat dengan jarak yang cukup jauh, maka haruslah mengendarai motor ataupun mobil dengan benar. Contoh kecilnya adalah tidak menyalakan mesin saat sedang berhenti dalam waktu yang relatif lama.
Beberapa dari dampak tersebut telah dialami warga masyarakat, khususnya daerah Bayah. Selain dari penggunaan kendaraan bermotor di jalan raya, warga masyarakat juga mengaku adanya ketidaknyamanan dengan asap pabrik industri PT Cemindo Gemilang. Gas buang yang berasal dari pabrik semen tersebut memiliki kandungan yang sangat berbahaya bagi lingkungan termasuk makhluk hidup yang ada di dalamnya. Asap yang menyerupai kabut tersebut diakibatkan dari debu karena terbakarnya batubara di Pelabuhan khusus PT Cemindo Gemilang. Masyarakat yang tinggal di area pabrik kerap kali merasa terganggu bahkan tidak nyaman dengan tempat tinggalnya sendiri. Menurut Patmah (2021) pada hasil penelitiannya, ia menuturkan bahwasannya masyarakat Bayah mengalami keresahan akibat dari adanya aktivitas operasional yang berasal dari PT Cemindo Gemilang. Kemudian untuk mengurangi polusi udara tersebut adalah dengan cara menanam pohon pada lahan yang gundul. Pencemaran udara ini harus diatasi dengan sesegera mungkin supaya tidak memperburuk keadaan lingkungan. Upaya yang seharusnya dilakukan oleh pemuda masyarakat Bayah dan sekitarnya adalah memikirkan bagaimana caranya meningkatkan kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap pohon serta tanaman lainnya. Karena pohon sangat berperan penting, contohnya membersihkan udara dari polutan, menghasilkan oksigen untuk bernapas, dan lain sebagainya.
Terdapat salah satu agenda yang perlu dilaksanakan oleh pemuda masyarakat Bayah yang akan bekerjasama dengan Gerakan Muda Cendekia Volunteer untuk mewujudkan Lebak Hijau melalui Hari Pohon Sedunia yang diperingati setiap tanggal 21 November. Kegiatan ini dapat menjadi kesempatan untuk masyarakat mendapatkan edukasi betapa pentingnya penanaman pohon terutama di area pabrik industri. Tentu saja dari agenda tersebut akan mengampanyekan Gerakan Menanam Pohon agar kualitas oksigen tetap terjaga. Sebagai generasi muda harus tetap menjaga semangatnya demi tercipta udara bebas. Misalnya, ketika kita berada di alam terbuka dengan pepohonan yang hijau maka dapat dipastikan makhluk hidup yang ada disekitarnya dapat bernapas dengan nyaman.Intinya, manusia dituntut untuk selalu dapat beradaptasi dengan berbagai perubahan yang ada, termasuk perubahan iklim. Dampak yang dihasilkan dapat berupa banjir, kekeringan, tanah longsor, pencemaran udara, dan masih banyak lagi. Beberapa dampak tersebut telah dirasakan oleh sebagian warga masyarakat Bayah. Perubahan iklim memang tidak dapat kita hindari, namun untuk meminimalisir dampaknya adalah tugas kita semua terutama para pemuda yang merupakan garda terdepan untuk menyatukan aksi adaptasi dan mitigasi. Beberapa aksi pemuda tersebut merupakan langkah awal untuk menuju Lebak bersih dan Lebak hijau. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa penyuluhan kepada masyarakat yang menjelaskan betapa pentingnya kebersihan lingkungan, mulai dari menumbuhkan kesadaran untuk bijak mengolah sampah dengan cara mendaur ulang sampah anorganik, aksi masyarakat yang berupa gotong royong untuk membersihkan atau memungut sampah di pinggiran sungai supaya aliran air sungai tidak terhambat, membiasakan diri untuk mengurangi penggunaan kantong plastik dan menggantinya dengan kantong kertas maupun kain yang ramah lingkungan, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi apabila bepergian ke tempat yang jaraknya dirasa tidak terlalu jauh, serta melakukan penghijauan dengan cara menanam pohon agar kualitas oksigen di udara dapat membaik, dan masih banyak lagi upaya-upaya lainnya. Kegiatan tersebut dapat diagendakan oleh para pemuda masyarakat demi terselenggaranya Sustainable Development Goals (SDGs) dalam penanganan perubahan iklim.
DAFTAR PUSTAKA
Butarbutar, T. (2012). Agroforestri untuk Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 9(1), 1-10.
Harmoni, A. (2005). Dampak Sosial Ekonomi Perubahan Iklim. Prosiding, Seminar Nasional PESAT, E62-E63.
Kwanda, T. (2003). Pembangunan permukiman yang berkelanjutan untuk mengurangi polusi udara. DIMENSI (Journal of Architecture and Built Environment), 31(1).
Patmah, N. (2021). Keadilan Lingkungan dalam Gerakan Perlawanan (Resistensi Masyarakat Adat Kasepuhan Bayah terhadap PT. Cemindo Gemilang).
Safitri, D., & Putra R.A. (2022). Analisis Pola Aliran Banjir pada Sungai Cimadur, Provinsi Banten dengan Menggunakan Hec-Ras. JICE (Journal of Infrastructural in Civil Engineering), 3(01), 19-30.
Susilawati, S. (2021). Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kesehatan. Electronic Journal Scientific of Environmental Health And Disease, 2(1), 25-31.
File PDF