Review Buku ” Menggenggam Dunia ” Karya Gol A Gong

Review Buku “MENGGENGGAM DUNIA”
Karya : Gol A Gong
Oleh: Andini Zeni Fristiantry ( Andini ZFristiantry )
(Dirjen Publikasi Informasi Kementerian Komunikasi dan Informasi Gerakan Muda Cendekia)
 
Gol A Gong adalah penulis produktif yang dikenal karena novel berseri remaja Balada Si Roy yang pertama kali diterbitkan oleh Gramedia di tahun 80an. Ia juga dikenal sebagai pendiri dan pengelola komunitas literasi Rumah Dunia di Serang , Banten. Adalah pusat pembelajaran yang didirikan pada 3 Maret 2002. Dan kini ia terpilih menjadi Duta Baca Indonesia 2021-2025.
 
Gol A Gong adalah nama pena Heri Hendrayana Harris. Yang sudah menulis sekitar 90 buku. Dia lahir pada 15 Agustus 1963 di Purwakarta dalam lingkungan keluarga sederhana yang mengerti akan arti pentingnya buku bagi anak-anaknya, karenanya tak heran jika membaca buku dan menonton film menjadi hobi Gol A Gong sejak kecil.
 
Ya, kembali lagi ke masa kanak-kanak yang khas anak Indonesia. Ketika Jenderal Kancil-Nya Ahmad Jabar mewabah bertepatan dengan atraksi di Hari ABRI, 5 Oktober 1947,timbulah persoalan di antara mereka, anak-anak kompleks. Mereka mulai berebut pengaruh. Harus ada pemimpin diantara mereka. Semua orang ingin jadi Jenderal Kancil, termasuk Gol A Gong. Ada beberapa kandidat. Harus ada penyaringan. Caranya? Diputuskanlah, semua kandidat harus berani naik pohon dan melompat dari ketinggian yang disepakati. Pohon yang dipilih adalah pohon petai Cina. Ada beberapa anak yang mengundurkan diri karena tidak berani naik ke pohon,yg tersisa tinggalah Gol A Gong dan Endang. Di ketinggian 2 meter lompatan pertama berhasil. Naik jadi dua setengah meter dilompatan kedua sama berhasil. Sampai pada ketinggian 3 meter, Gol A Gong naik terburu-buru dan terpeleset tubuhnya melayang dan jatuh ke tanah. Sehingga lengan kirinya patah.
 
Penanganan yang salah dari seorang dukun pijat membuahkan malapetaka, tangan kirinya harus diamputasi sebatas sikut . Untungnya kehilangan tangan kirinya tak membuat Gol A Gong menjadi anak cacat yang minder, saat masih dirawat di rumah sakit ayahnya memberinya berbagai bacaan menarik . Hari-harinya diisi dengan membaca dan membaca sehingga imajinasinya melanglang buana, dengan membaca ia merasa menemukan dunia lain yang tidak semua orang bisa alami.
 
Buku-buku yang dibacanya, film-film yang ditontonnya, dan pengalaman hidupnya membuat otak kanannya dipenuhi oleh imajinasi. Ide-ide dan imajinasi yang bertumpuk dalam benaknya ia tumpahkan semua ide dan imajinasinya dengan menulis fiksi. Pada tahun 1987 berbekal mesin ketik kreditan Gol A Gong mulai menulis kisah Balada si Roy hanya dengan satu tangannya. Seluruh kisahnya diambilnya dari kisah keluarganya, tokoh utamanya Roy Boy ia daur ulang dari kisah heroik Irlandia, Rob Roy.Kisah Balada si Roy awalnya dimuat di majalah Hai, lalu kemudian diterbitkan oleh Gramedia, menjadi best seller dan menjadi awal dari kariernya sebagai penulis novel yang produktif.
 
Selain dikenal sebagai penulis, Gol A Gong juga dikenal sebagai atlet bulu tangkis berlengan satu yang handal, prestasinya terbaiknya adalah menyabet tiga medali emas di FESPIC Games (Far East and South Pasific Games for the Disabled) pada tahun 1988.
 
Gol A gong juga seorang backpacker, terilhami oleh novel 80 Hari Keliling Dunia – Jules Verne, di usianya yang ke 23 ia telah berhasil mengelilingi Nusantara dan Asia. Setiap negara yang ia lewati ia tulis dalam catatan perjalanannya dan lewat jasa Pos ia mengirim catatan perjalanannya ke majalah Anita Cemerlang di Jakarta, dimuat secara berseri hingga akhirnya diterbitkan menjadi sebuah buku.
 
Setelah sukses dengan Balada si Roy dan menulis catatan perjalanan, kreatifitasnya mengalir deras, puluhan novel dihasilkannya hingga akhirnya juga ia menjadi salah satu tim kreatif dan penulis skenario di RCTI. Namun Gol A Gong tak berhenti sampai disitu saja. Sadar akan pentingnya manfaat membaca dan kecintaanya pada kota Serang tempat dimana ia dibesarkan, Gol A gong yang saat itu telah menikah dan tinggal di Jakarta bertekad kembali ke Serang dan bersama istrinya mendirikan Rumah Dunia, sebuah pusat belajar jusrnalistik, sastra, rupa, dan lakon bagi anak-anak, pelajar, dan mahasiswa Serang di halaman belakang rumah mereka.
 
Salah satu alasan yang mendorongnya untuk mendirikan Rumah Dunia di Serang, Banten adalah stigma yang melekat pada Banten sebagai kota yang serba gelap dimana ilmu hitam, debus, pellet, dan para jawaranya yang lebih mengedepankan otot ketimbang otak. Gol A gong ingin merubah cita negatif Banten, membuat para jawaranya bukan hanya mengandalkan otot melainkan jawara yang bersenjatakan pena.
 
Jejak kehidupan Gol a Gong di atas terurai secara rinci dalam buku autobiografinya Menggenggam Dunia. Di buku ini kita akan membaca bagaimana perjuangan Gol A Gong menggapai mimpinya untuk menggenggam dunia dan mendirikan Rumah Dunia untuk menyebarkan virus cinta buku pada generasi berikutnya
 
Selain kisah kehidupan Gol a Gong, buku ini juga mengisahkan sepak terjang dan perkembangan Rumah Dunia beserta relawannya dari yang semula hanya menempati garasi rumahnya hingga kini telah terbentuk sebuah kompleks Rumah Dunia sebesar 1000 m2 di halaman belakang rumahnya. Yang pada awalnya hanya diikuti oleh beberapa anak-anak kampung di sekitar rumahnya hingga kini menjadi pusat belajar bagi pelajar dan mahasiswa di kota Serang dan sekitarnya. Semuanya itu ia bangun selangkah demi selangkah dari royalty novel-novelnya dan honorariumnya sebagai penulis skenario.
 
Kecintaan Gol a Gong akan kota kelahirannya dan keberaniannya dalam mengkritik kondisi Banten di masa kini juga tercermin dalam buku ini, dengan gamblang ia menulis bagaimana pemerintah daerah Banten tidak mementingkan perkembangan literasi di Banten, alih-alih membangun perpustakaan pemerintah daerah Banten lebih mengutamakan pembangunan mall-mall. Praktek KKN sang gubernur pun disinggung-singgungnya secara berani, bukan untuk mengolok-ngolok namun semata karena kecintaaan Gol a Gong utuk memajukan kota kelahirannya dan menumbuhkan budaya literasi di kotanya.
 
Terlepas dari itu buku yang ditulis secara menarik dan meninggalkan banyak jejak yang penuh inspirasi bagi pembacanya ini, melalui autobiografinya ini Gol A Gong menyadarkan kita bagaimana dahsyatnya pengaruh buku yang membentuk kehidupannya sehingga akhirnya ia bisa menemukan jalan hidupnya.
 
Dengan buku dunia menjadi begitu luas dan terbuka bagi dirinya. Dari buku yang ia baca ia lahirkan kata-kata yang ia rangkai menjadi buku. Dari buku-bukunya inilah ia memperoleh royalty untuk membangun Rumah Dunia yang mendidik anak-anak hingga mahasiswa untuk mencintai dunia literer sehingga jebolan rumah dunia mampu seperti dirinya, menggenggam dunia dan membawa perubahan lewat kekuatan kata-kata.

Tinggalkan Balasan