Pesan-Pesan Berharga dari Garda Bersama Desa

Kampung Pasir Salam Desa Cilograng yang terletak di Kecamatan Cilograng, suatu daerah paling ujung di Lebak Selatan. Desa tersebut menjadi lokasi pengabdian kami melalui program “Garda Bersama Desa”. Program ini adalah platform bagi para pemuda yang ingin belajar berbagai hal baru dan memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat. Saya memutuskan untuk mengikuti kegiatan ini untuk mengisi waktu liburan dengan kegiatan yang bermanfaat, serta untuk menambah relasi, pengalaman, dan berinteraksi langsung dengan masyarakat. Meskipun awalnya ada rasa takut dan cemas, saya yakin bahwa mengatasi rasa takut dan mencoba hal baru adalah langkah yang baik untuk perkembangan diri.

Pada hari pertama, saya dan teman yang bersama-sama berniat ingin bergabung menjadi relawan, berangkat dari Cilegon pukul 06.30 WIB dan tiba di Bayah pukul 10.00 WIB. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan menuju Komplek Saung Garda Cendekia yang menjadi sekretariat komunitas dan menjadi meeting point bersama seluruh relawan. Setelah beristirahat sejenak, kami masih harus melanjutkan perjalanan menuju lokasi Kampung Pasir Salam yang ternyata tidak dekat dengan akses jalan yang rusak, terjal dan berbatu. Pada malam harinya, kami memulai program Garda Bersama Desa dengan diawali perkenalan dan briefing. Pada saat itu, saya merasa sangat khawatir karena harus beradaptasi dengan suasana baru, terutama karena sebagian besar anggota komunitas berasal dari Lebak dan menggunakan bahasa Sunda. Namun, seiring berjalannya waktu, saya berhasil menyesuaikan diri dengan baik.

Pada hari kedua, kami melaksanakan berbagai kegiatan, gotong-royong membersihkan lingkungan, susur potensi desa yaitu ekowisata pantai Goa Gede, plan mapping bersama msyarakat dan pendekatan-pendekatan sosial bersama tokoh masyarakat Kampung Pasir Salam. Saya dan tim lingkungan melakukan observasi di pantai Goa Gede. Perjalanan selama empat jam dengan berjalan kaki melewati medan yang sangat menantang, termasuk mendaki perbukitan dengan pemandangan yang menakjubkan dan udara yang segar. Selama perjalanan, kami menemukan berbagai flora dan fauna, seperti pohon karet, pohon pisang, dan binatang hutan seperti monyet atau lutung. Goa Gede, yang luasnya diperkirakan sama dengan sebuah perkampungan, menjadi fokus utama observasi kami karena keunikannya. Goa Gede yang berada di kawasan pantai sehingga area pantai disebut dengan Pantai Goa Gede.

Pada hari ketiga, setelah memaksimalkan diskusi dan pendekatan, kegiatan Garda Bersama Desa diisi dengan kegiatan Cendekia Class, peringatan 1 Muharram, dan seminar siber dan literasi digital di SMAN 1 Cilograng. Seminar ini sangat penting, terutama di era digital karena memberikan pesan untuk meningkatkan kesadaran tentang risiko online dan bagaimana melindungi diri. Kegiatan ini memberikan wawasan yang berharga, khususnya bagi para Gen Z yang sedang menghadapi tantangan digitalisasi.

Pada hari keempat, saya berkesempatan menjadi MC dalam seminar mendongeng, sebuah pengalaman yang menguji mental dan keterampilan berbicara di depan umum. Ini adalah tantangan yang membantu saya tumbuh lebih percaya diri. Melalui kegiatan saba sakola dan seminar mendongeng, saya belajar pentingnya pendidikan dan bagaimana menyampaikan materi secara kreatif dan menarik. Malamnya, kami mengunjungi Kasepuhan Pasir Angsana yang ada di desa Cilograng, untuk belajar lebih dalam serta menggali informasi tentang sejarah dan budaya di desa untuk potensi nilai budaya di daerah Cilograng dan Lebak Selatan.

Pada hari kelima, kami fokus pada persiapan Forum Group Discussion (FGD) yang bertujuan untuk mempresentasikan hasil observasi kami mengenai potensi wisata pantai Goa Gede. Disini saya belajar bagaimana berdiskusi dengan warga degan baik, dan membantu memfasilitasi masyarakat tentang kesulitan dan peluang-peluang dari dikembangkannya wisata pantai Goa Gede tersebut. Saya sangat setuju dengan masyarakat bahwa akses menuju pantai Goa Gede masih tergolong sangat sulit dan ekstrem.

Pada hari keenam, kami melaksanakan kegiatan praktik penanaman TOGA dan penyuluhan membuat ecoenzym dan pupuk organik cair dari kompos. Pada kegiatan praktik dan penyuluhan ini, kami dan masyarakat terutama ibu-ibu kampung Pasir Salam belajar bersama menanam dan memberikan pengetahuan tentang manfaat tanaman TOGA sebagai obat alami dan pemanfaatan sampah organik untuk ecoenzym dan pupuk organik, sehingga pesan kamu adalah masyarakat dapat melakukan pengelolaan sampah rumah tangga dengan lebih baik. Hal ini adalah langkah edukatif yang berguna bagi masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidup sehari-hari.

Pada hari ketujuh diisi dengan saba sakola, seminar parenting, dan gotong-royong menata pantai Goa Gede. Kami membantu memperbaiki akses jalan menuju pantai dengan memasang petunjuk jalan. Langkah kecil iniĀ  bertujuan sebagai langkah pertama mempromosikan ekowisata pantai Goa Gede yang jangka panjangnya akan meningkatkan perekonomian desa.

Pada hari kedelapan, kami melakukan senam pagi dan penyuluhan hidroponik. Hidroponik merupakan teknik budidaya tanaman tanpa tanah yang sangat praktis dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Sasaran kami adalah anak-anak SD untuk sekaligus mengedukasi terkait dengan menjaga lingkungan serta kesadaran terhadap perubahan iklim yang sedang terjadi.

Hari kesembilan menjadi puncak acara dengan kegiatan cek kesehatan gratis, perlombaan anak-anak dan keluarga, perpustakaan keliling, dan nonton bareng film edukasi. Cek kesehatan gratis sangat membantu warga desa yang jarang memiliki akses ke fasilitas kesehatan. Perlombaan anak-anak dan keluarga meningkatkan rasa kebersamaan dan kekeluargaan di desa. Perpustakaan keliling dan nonton bareng memberikan hiburan sekaligus edukasi kepada anak-anak.

Pada hari kesepuluh, kami pulang meninggalkan Desa Cilograng Kampung Pasirsalam dengan perasaan campur aduk. Setelah membersihkan rumah tempat tinggal, kami berpamitan kepada masyarakat yang telah menerima kami dengan hangat. Pengalaman di Desa Pasir Salam ini tidak hanya memperkaya wawasan kami tetapi juga mempererat hubungan dengan masyarakat dan alam sekitar, memberikan kenangan dan pelajaran berharga yang akan kami bawa pulang.

Aktivitas kami ditutup dengan melanjutkan perjalanan dan sedikit refreshing ke Curug Kanteh yaitu air terjun yang berada di Desa Cikatomas. Kami dan sebagian relawan yang ikut, menikmati keindahan air terjun dan melakukan meditasi untuk menyegarkan jiwa dan raga.

Pengalaman yang diperoleh dari kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Pasir Salam adalah mendapat kesempatan untuk memahami lebih dalam mengenai kehidupan masyarakat desa yang sederhana tetapi penuh semangat. Belajar mengenai pentingnya kerja sama dan kebersamaan dalam menghadapi tantangan sehari-hari, memperoleh pengetahuan tentang berbagai topik yang jarang kami temui di perkotaan, mengajarkan kami cara berkomunikasi dan menyampaikan informasi kepada masyarakat dengan bahasa yang mudah dimengerti, interaksi dengan anak-anak dan warga desa juga memberikan pengalaman sosial yang berarti. Saya juga melihat antusiasme dan semangat belajar anak-anak di sana, walaupun dengan keterbatasan fasilitas. Pengalaman ini tidak hanya menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan komunikasi dan Kerjasama, tetapi kami juga memperdalam empati dan kepedulian terhadap masyarakatĀ danĀ alam.

Penulis : Berlyana Permata Saputri

Editor : Sri Dewi Patimah

Tinggalkan Balasan